Cerbung Tanah jajahan (Part 1)



 Suara deru peluru menggema memecah kesunyian fajar. Matahari belum juga terbit dari ufuk timur. Tapi suara berisik selongsongan peluru telah mendera tanah itu. Kaum lelaki dan para pemuda telah siap di garis depan. Tak lagi ada rasa percaya dan sungkan. Karena mereka telah dihianati oleh para pembual dan pengadu domba. Mereka lebih rela mati daripada harus merasakan sakitnya jadi budak ditanah sendiri. Di sisi lain, mereka berharap selamat dari jemputan malaikat maut. Walaupun sepertinya tak ada jaminan mereka bisa tetap hidup.


 Dahulu, mereka hidup damai. Damai hingga bisa bangun tidur merasa ingin tidur lagi. Pekerjaan seperti membajak sawah serta berdagang masih aman-aman saja. Sampai pada suatu hari datanglah rombongan kapal - kapal besar yang dilayari oleh manusia kulit putih. Mereka bukan ingin menjajah juga bukan ingin merampok. Mereka punya tujuan lain yaitu berdagang. 



 Para pedagang india, cina ataupun Gujarat arab sudah biasa mereka lihat. Wajahnya sudah hapal betul. Tapi Pelabuhan yang ramai ini, baru pertama kali disinggahi oleh orang2 kulit putih. Ketika orang-orang itu turun dari geladak kapal, Mereka melongo. Sontak, orang asing itu jadi pusat perhatian pelabuhan yang tak terlalu besar ini. Pertama kali mereka lihat manusia dengan spesies aneh itu. Perawakan mereka tinggi seperti para gujarat arab, tetapi unik wajahnya. Mata mereka warna-warni. Dari sekian banyak awak yang turun dari kapal, kebanyakan dari mereka matanya berpendar coklat terang. Sebagian lagi berpendar mata biru.


 Pedagang india memperingatkan pribumi supaya waspada terhadap orang asing itu. katanya mereka pembual dan pengkhianat. Jujur saja, sepertinya pedagang india itu merasa tersaingi dengan kedatangan kulit putih yang cepat atau lambat akan merebut peranan mereka. Semakin gencar mereka menghasud pribumi, semakin jelas pula kesan itu. Akhirnya anjuran itu tak digubris sedikitpun. Memang tak ada pilihan lain bagi orang pribumi, ibaratnya, sebagai tuan tanah serta pemilik rumah, mereka harus menyambut tamu seramah mungkin.


 Setelah disambut oleh gubernur setempat, mereka masuk ke dalam kediaman gubernur dan berbincang-bincang tentang berbagai hal. Percakapan memang agak tersendat karena kendala bahasa. Ko min pho, seorang saudagar tionghoa yang mengerti beberapa bahasa dipercaya sebagai penerjemah dalam diskusi yang penting ini.


 'Nama saya vasco da luci. Kami orang portugis, maksud kedatangan kami kesini yaitu untuk mempererat kekerabatan dengan masyarakat setempat.' Ko min pho menerjemahkan sambutan dari kapten portugis


 Gubernur merespon 'Selamat datang di provinsi jangur, kami merupakan bagian dari kerajaan pajajaran. Ibukota pajajaran terletak di selatan provinsi kami. Kami dengan senang hati menerima kalian disini. '


 Selanjutnya, vasco da luci berniat menginap beberapa hari dan memenuhi kapalnya dengan makanan dan air bersih sebelum melanjutkan pelayaran. Mereka akan menukar  segala biaya yang ditangguhkan kepada mereka dengan bongkahan emas dan beberapa pedang eropa.


Gubernur memerintahkan para rakyat untuk mengumpulkan segala makanan, air bersih yang dibutuhkan oleh para pelaut. Tak ketinggalan juga mereka memberi para pelaut sekarung rempah-rempah berupa lada. konon, lada adalah hasil pertanian mereka yang paling terkenal seantero asia. Pedagang cina rela datang ke jangur hanya untuk memenuhi kapalnya dengan lada, hanya lada. 


Para pelaut portugis kaget bukan main saat menerima begitu banyak rempah - rempah. Memang hanya sekarung untuk satu kapal ~ bagi mereka itu luar biasa. 





Comments

Popular posts from this blog

Cara Bikin Blog di blogger.com

Apa itu Boilerplate?

Pengertian Scripting dan Compiled Language