Dampak televisi

Ini alasan kenapa tv begitu penting : 
Peran televisi amat besar untuk membentuk pendapat umum, termasuk pendapat untuk menyenangi produk-produk tertentu, demikian pula perannya amat besar dalam pembentukan perilaku dan pola berfikir (Subroto, 1994:2).
Mereka bukan hanya mempengaruhi tapi juga mengatur pendapat umum :
Bahkan orang-orang yang berada di balik media massa ini punya strategi dan agenda setting dalam mengolah, mengemas dan memberikan informasinya kepada khalayak sehingga memungkinkan bisa mempengaruhi pendapat maupun kebijakan sosial politik dalam sebuah negara.
Tujuan televisi sebenarnya bagus, tapi disalahgunakan :
secara langsung tujuan yang televisi sangatlah bagus akan tetapi kebanyakan acara di dunia pertelevisian kali ini lebih cenderung pada sesuatu hal yang negative. Dari segi jam tayang, porsi konsumsi umur, tayangan yang tidak memiliki mutu dalam kehidupan ataupun tayangan yang menjanjikan sesuatu yang belum pasti adanya.
Salah satu dampak buruknya mencontohkan aksi kriminalitas
Erlangga (2008:15) mengatakan, “media massa yang memiliki efek paling kuat terhadap masyarakat dalam hal peniruan adalah televisi, karena tayangan rekonstruksi kriminalitas itu sebaiknya dihentikan karena sangat berbahaya. Televisi sebaiknya tidak mengangkat    pemberitaan kriminalitas secara detail.”

Ini yang dipikiran anak-anak saat menonton TV :
Jenis film-film laga kepahlawanan (hero) selalu menarik perhatian dan disenangi anak-anak termasuk balita, sehingga mereka tahan berjam-jam duduk di depan layar kaca. Karena selain menghibur, yang terutama bikin anak-anak kecanduan ialah unsur thrill, suasana tegang saat menunggu adegan apa yang bakal terjadi kemudian. Tanpa itu, film cenderung datar dan membosankan, dan selain itu permainan game juga intern karena di sana ada target, entah menjatuhkan atau mematikan lawan, dan jika (dilakukan) bertahun-tahun tayangan itu bisa menjadi rangsangan untuk berbuat.
Ada anti-tesis juga, intinya kita harus peduli :
Satu kajian oleh para ahli ilmu jiwa Inggris menyebutkan, tak ada kaitan langsung antara kekerasan di TV dengan perilaku anak. Namun ada syarat yang dipenuhi. “Tak ada yang lebih baik daripada keluarga yang hangat, sekolah yang bermutu, dan masyarakat yang peduli. Kalau ketiga aspek itu terpenuhi, tak ada masalah dengan kekerasan yang ditonton.”
Cerita :
BUKAN hal aneh, melihat anak-anak kecil mondar-mandir ke warung di sekitar rumah mereka. Namun, cobalah perhatikan lebih jeli, ada hal berbeda yang dibeli anak-anak sekarang. Dulu, anak-anak hanya jajan permen, kue atau kerupuk. Kini, selain makanan kecil, mereka mencari kemasan sachet berisi jel, sejenis minyak rambut untuk membentuk tatanan rambut.
Dengan jel seharga Rp 500,00 per sachet, mereka bergaya rapi laiknya remaja puber. Hari ini rambut dibelah tengah, besok belah pinggir, lusa giliran jambul bertengger di kepala mereka.
"Jel rambut termasuk barang laris dan paling dicari anak-anak tetangga kami," tutur Ny. Yuti (36), pemilik sebuah warung di Perumahan Bumi Asri Mekar Rahayu Kopo, Kabupaten Bandung. Karena laris itulah, Yuti tidak pernah lupa menyediakan alat kecantikan para pria tersebut.
Zaman yang berubah, mudah sekali dilihat lewat penampilan anak-anak usia sekolah dasar di berbagai kesempatan. Seorang ibu berkerut menyaksikan gadis-gadis cilik usia kelas 5 atau 6 sekolah dasar tampil dengan dandanan wanita dewasa. Memakai sepatu hak tinggi, dengan syal di leher mereka. Mereka pun ber-ha ha hi hi dengan temannya yang juga berpenampilan sama di sebuah lembaga bimbingan belajar.

Tapi TV bisa dimanfaatkan untuk media pembelajaran yang menarik :
Televisi dianggap sebagai media pembelajaran yang efektif dan menarik, karena alat ini dapat merekam dan menangkap objek gambar hidup yang sebenarnya, dari tempat yang jauh dapat dilihat dan dinikmati oleh pemirsa seolah-olah kejadian itu berada didepan matanya. 
Setiap media alat, pasti mempunyai karakteristik tertentu. TV merupakan alat yang digunakan dalam pendidikan, mempunyai daya serap tinggi, sehingga program acara yang ditayangkan jika untuk kepentingan pendidikan haruslah selektif . Jika tidak mendapat pengawasan ketat, maka peserta didik akan terbawa  arus pada nilai-nilai budaya yang menyesatkan, sehingga tujuan pendidikan yang mengacu pada pembentukan budi pekerti luhur tidak akan tercapai.



Disadur dari :
http://iain-s.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://greenkonsep.wordpress.com/2011/12/18/makalah-tentang-peran-televisi-dalam-pendidikan/
http://nuuraqsho.blogspot.com/2009/12/makalah-televisi.html

Comments

Popular posts from this blog

Cara Bikin Blog di blogger.com

Apa itu Boilerplate?

Pengertian Scripting dan Compiled Language